Pariwisata Bali tak Ramah Pada Wisatawan Dalam Negeri?
Copas dari blog Itik Bali,
Saya sering banget mendengar keluhan dari teman-teman daerah lain bahwa acapkali mereka datang ke Bali mereka justru mendapat perlakuan yang kurang ramah dari pelaku Pariwisata di Bali. Baik itu petugas Bandara Ngurah Rai, sopir Taxi maupun dari art shop yang menjual pernak pernik khas Bali.
Hal ini terasa sekali ketika memasuki kawasan Pariwisata Bali di daerah Kuta, Sanur dan Nusa Dua. Toko-toko penjaja souvenir sering memasang muka masam dan melayani secara ogah-ogahan bila yang belanja turis lokal. Bahkan seringkali mereka mendiamkan atau ditinggal pergi begitu ada turis manca Negara yang memasuki tokonya.
Entah apa yang menjadi penyebabnya, tapi yang jelas perlakuan itu jauh berbeda dengan perlakuan kepada turis mancanegara. Seakan-akan bila turis mancanegara yang datang di sambut bak tamu agung yang bakalan mendatangkan keuntungan.
Saya pernah melihat tayangan di sebuah stasiun televise swasta dalam program “Jelajah” episode ke Bali. Pembawa acaranya keluar dari sebuah toko kaos surfing di daerah Kuta dengan mengatakan “ penjaganya judes!”
Begitu juga ketika ia menyusuri sepanjang jalan di Kuta, menurutnya tak satupun penjaga toko yang mau memperhatikan kalo pembelinya adalah turis lokal.
Kenapa ya?
Apakah memang menurut mereka turis lokal itu lebih menyebalkan ketimbang turis asing? Kalo menawar gak tanggung-tanggung? Kalo belanja lebih sedikit? Gak pernah kasih uang tips? Ataukah memang turis lokal lebih cerewet ketimbang turis manca Negara?
Saya punya paman seorang musisi Reggae yang kerap tampil di café-café di Bali. Menurutnya, bila turis lokal masuk ke kafe, sikapnya kadang suka kampungan. Rame-rame ketawa ketawa, sok borju tapi beli minum 1 gelas untuk berlima.
Anggapan miring seperti itulah yang kadang kerap memberi kesan seolah-olah Pariwisata Bali tak ramah kepada Wisatawan dalam negeri.
Padahal jika dipikir-pikir, wisatawan dalam negeri potensinya sangat besar. Bayangkan saja, ketika pasca Bom Bali tahun 2004 lalu. Pariwisata Bali begitu terpuruk. Hampir semua hunian hotel di Bali tak lebih dari 10 % bahkan kurang. Banyak Art Shop yang gulung tikar. Turis manca Negara tak ada yang berani ke Bali.
Satu-satunya penolong Pariwisata Bali adalah turis lokal. Selain mereka merasa murah berwisata ke Bali, juga mereka masih merasa nyaman datang ke Bali. Mereka juga tak ada travel warning di negerinya sendiri.
Seandainya pelaku Pariwisata Bali lebih sadar untuk memanfaatkan potensi Wisatawan dalam negeri yang jumlahnya bisa lebih banyak, maka dalam keadaan apapun Pariwisata Bali akan tetap kokoh berdiri.
Meski upaya mendatangkan devisa dari wisatawan mancanegara dengan promosi yang gencar tetapi jangan dilupakan juga untuk tetap memperhatikan potensi wisatawan lokal. Caranya, ya tentu saja dengan memperlakukan Wisatawan Dalam Negeri sama ramahnya seperti kita memperlakukan Wisatawan Asing.
Anda pernah ke Bali dan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari Pelaku Pariwisata Bali?
Label: Cinta Indonesia
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda